Apr 1, 2017

Sudah Jatuh Ketimpa Tangga, Ketimpa Genteng Pula

Hari ini ada kabar yang cukup mengagetkan dari saudara suami. Adik dari mbahnya suami meninggal pagi tadi. Memang sih sudah sepuh sekali sang nenek. Suami yang tadinya berniat ikut kelas bahasa Arab akhirnya ijin dulu karena harus ikut mengantar ke kuburan. Saya pun ikutan dong karena semua keluarga juga datang. Memang rumahnya juga gak terlalu jauh. Cukup dengan sepuluh menih perjalanan dengan motor sudah sampai.

Pemukiman di sana memang sangat padat, gangnya kecil sekali sehingga sulit untuk dilewati oleh sepeda motor. Karena memang harga tanah di sana mahal. Cukup logis kenapa harga tanah di sana mahal. Salah satu sebabnya karena dekat dengan tempat wisata religi Ampel.

Saat kami sampai, ternyata mayit sedang dimandikan. Jadi kami hanya menunggu saja di rumah salah satu saudara di sana sambil berbincang-bincang. Tak lama setelah selesai dimandikan suami ikut menyolati dan mengantar ke kuburan.

Memang gak banyak yang saya lakukan di sana. Hanya duduk, ngobrol dan makan. Konyol sekali memang. Padahal sang tuan rumah sedang tertima musibah tapi masih saja harus memasak untuk tamu yang datang, belum lagi nanti malam ada tahlilan yang cukup menguras banyak uang untuk menyediakan makanan. Saya juga rasanya kurang nyaman ketika dihidangkan makanan dari tuan rumah. Tapi gak punya pilihan karena rasa lapar yang tak tertahankan. Maklum lagi hamil, kalau gak makan siang bisa pusing, haha.

Sebelum makan saya sempat melihat sang cucu yang merawat sang nenek sejak lama menangis, menceritakan bahwa dia gak punya banyak uang untuk bisa mentahlilkan sang nenek. Saya pun gak bisa banyak bantu karena kondisi keuangan juga menipis. Tapi karena memang sudah adatnya harus bikin tahlilan dan ini itu, mereka gak bisa mengelak. Ada gak ada uang, pokoknya tahlilan seadanya. Padahal sunnahnya kalau ada tetangga atau kerabat yang meninggal kerabat atau tetanggalah yang memasakkan secara bergilir. Tapi karena sudah ada adat begini maka percuma masakin orang yang ditimpa musibah. Gak akan kemakan karena mereka udah masak sendiri. Jadi alternatifnya adalah memberikan bahan mentahnya saja. Jadi bisa buat tambah-tambah bahan masakan mereka.

Padahal orang yang berduka itu sudah sangat sedih. Memikirkan biaya pemakaman saja cukup bikin cenat cenut. Belum lagi harus belanja ini itu. Kebanyang bagaimana susahnya jika ada saudara meninggal.

Ah sudahlah, rasanya lelah seharian berada di rumah saudara. Rehat dulu.

1 comments:

  1. Kalo di Islam memang dianjurkan ta'ziah dan bantu2 kluarga yg meninggal misal dg masakin. Tp skrg byk yg ditinggal malah ngasih makanan byk macam punya hajat gembira

    ReplyDelete

Komen Anda akan dimoderasi. Komentar yang dimunculkan hanya author perempuan saja.

Terimakasih sudah berkunjung ^_^