Oct 29, 2017

Guilty Feeling


Beberapa waktu lalu suami bercerita tentang adik kelasnya yang sudah menyabet gelar doktor di usia yang muda. Ya, saya tahu suami benar-benar senang dengan keberhasilan adik kelasnya itu. Tapi sayangnya yang saya pikir dan rasakan berbeda. Saya justru malah merasa....bersalah. Kenapa adik kelasnya udah doktor aja, tapi suami lulus S1 aja baru tahun kemarin. Ya itu gara-gara kamu, sahut nurani saya yang lainnya. Sedih banget. Apalagi ketika ingat kalau salah satu guru SD suami pernah menyayangkan kalau suami malah menikah dulu bukan menyelesaikan kuliahnya. Saya semakin merasa bersalah dan ingin menghilang saja. Rasanya menikah jadi seperti dosa meski halal.

Meski saya tahu suami gak pernah merasa begitu. Padahal kalau flashback maka faktor yang membuatnya lambat lulus juga cukup banyak. Apalagi ketika suami kuliah suami bukan hanya jadi tulang pupung saya tapi seluruh keluarganya. Tapi kenapa seolah-olah semua salah saya. Atau saya aja yang baper? Kayaknya sih saya over sensitive. Dan entahlah isu suami telat lulus selalu sensitif bagi saya. Tiap kali ada yang menyinggung itu saya bisa kesal sendiri, mood jelek seharian dan terus-terusan mengutuk diri. Jadi jangan tanyakan berapa lama suami kuliah, haha.
Read more>>

Oct 25, 2017

Voucher Belanja dan Cara Cerdas untuk Belanja Hemat

Belanja itu kebutuhan. Dan lagi siapa yang tidak tergerak saat mendengar kata “diskon”. Tentu kita semua jadi penasaran, apa saja produk yang di diskon, berapa persen diskonnya dan apa saja persyaratan diskonnya. Menjadi orang yang segera beraksi sewaktu ada diskon atau promo bukan berarti Anda pribadi yang pelit, tidak punya uang atau terlalu ngirit untuk belanja dengan harga normal. Bukan karena itu, faktanya justru orang yang dapat memanfaatkan berbagai promo berupaya diskon dan voucher belanja yang tersedia membawa keuntungan tersendiri dan bisa dibilang mereka-mereka ini kelompok konsumen cerdas. Tidak percaya? Ini bukti-buktinya:


1. Paham berapa uang yang dapat dihemat

Mulai dari alasan yang paling sederhana, orang yang berbelanja sewaktu ada promo diskon dan sebagainya amatlah memahami berapa banyaknya uang yang dapat mereka keluarkan dan berapa banyak yang dapat mereka hemat. Mereka termasuk orang-orang cerdas dan bijak dalam menggunakan uangnya. Sebelum mereka membeli, biasanya mereka akan menghitung terlebih dulu berapa uang yang perlu mereka keluarkan dan berapa uang yang berhasil mereka hemat, barulah kemudian mereka akan menentukan pilihan. Sisa uang yang dihemat kan bisa dialokasikan ke berbagai kebutuhan lain.

2. Memiliki kejelian dan ketelitian

Untuk menghindari promo atau diskon fiktif maka tentu diperlukan pikiran yang cermat dan teliti. Membeli barang sewaktu diskon atau saat mendapatkan voucher belanja bukan cuma mempertimbangkan berapa jumlah yang dapat Anda hemat, namun apakah hasil penghematan tersebut sudah imbang alias sepadan. Sehingga tidak cuma riset harga yang harusnya dilakukan, orang yang cerdas dalam urusan belanja juga akan memperhitungkan beberapa hal seperti kualitas, tanggal kadaluarsa, spesifikasi, plus minus barang dan tingkat kebutuhan akan barang tersebut. Jadi, jika hanya sekedar harga murah tidak akan bisa membuat pemburu diskon tergiur.

3. Bisa jadi investasi

Belanja bukan hanya sebuah kebutuhan saja, melainkan juga bentuk investasi. Memang hal ini tidak berlaku untuk semua barang, namun untuk barang-barang yang sifatnya tak habis pakai atau dapat bertahan lama, diskon bisa jadi peluang investasi. Betapa tidak, jika semisal untuk membeli gadget A yang harga di luar promo bisa mencapai jutaan rupiah, ketika ada promo harganya bisa jadi ratusan ribu saja. Setelahnya, saat harga sudah kembali normal, Anda bisa menjual kembali barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi daripada yang Anda beli sebelum diskon.

4. Efisiensi waktu

Promo tidak selalu ada setiap hari, kalau toh ada maka hanya di beberapa situs belanja online saja. Diskon tidak selalu tersedia sehingga orang yang berbelanja pada saat momen-momen tersebut sama saja dapat mengolah waktu dengan efisien. Karena pertama, bisa membeli barang dalam jumlah banyak terutama jika memang benar-benar diperlukan sehingga tidak perlu belanja ke supermarket atau retail lagi. Yang kedua adalah karena orang yang paham keuntungan belanja saat diskon, tidak akan menunda-nunda belanja sampai masa akhir promo. Artinya mereka lebih paham waktu yang tepat.

5. Dapat memenuhi kebutuhan yang lain

Berbelanja dengan promo diskon atau voucher belanja adalah cara cerdas untuk dapat memenuhi kebutuhan yang lain, bahkan bisa untuk impian jangka panjang Anda. Misalkan jika Anda berhasil menghemat sejumlah uang dari hasil belanja saat diskon atau promo, uang tersebut bisa Anda tabung atau kumpulkan untuk dialokasikan ke kebutuhan yang lain. Baik kebutuhan urgent maupun keperluan yang sudah Anda rencanakan jauh-jauh hari.
Read more>>

Oct 8, 2017

Ternyata Gak Semudah Itu!


Saya sering baca artikel atau notes FB yang intinya jadi ibu rumah tangga itu harus waras. Kerjaan rumah gampang, baju dilaundry aja, setrikaan tinggal kasih ke laundry, masak pake catering, kalau perlu pake ART. Ya memang kerjaan rumah itu gak ada habisnya dan bikin penat.

Pernah suatu saat, saya merasa riweh dengan Hamzah yang gak kunjung tidur. Kemudian berfikir untuk menggunakan jasa setrika baju di laundry. Saat memilah baju, ternyata baju yang harus disetrika jumlahnya sedikit. Kemudian nurani saya nyinyi, "Malu ah kalau baju segitu aja disetrikain ke orang. Emang lo horang kaya?" Seketika itu saya cuma bisa senyum-senyum miris. Gak hanya itu ketika cucian baju dari subuh hingga matahari terbit gak kunjung rampung, saya juga berniat untuk melaundry cucian baju saya. Tapi setelah semua cucian selesai di cuci, eh kok ya gak sampai sember penuh. Gitu mau dilaundry, gak malu sama kecoa? Errr. Lalu ide lainya muncul ketika saya gak bisa mengepel atau pun nyapu lantai. Pakai ART kayaknya enak ya? Eh setelah dilihat-lihat, ukuran rumah cuma segini aja pake ART? Yakin bisa kurus? HAHAHA.

Ya memang kadang kala rasanya pekerjaan rumah begitu banyak, padahal kalau dilihat lagi, eh cuma segitu? Saya bukannya mau nyinyir ibu2 yang pake jasa ini itu loh ya. Bukan itu maksdunya. Terkadang saya menganggap kerjaan saya ini banyak banget, tapi setelah dikerjakan eh ternyata sedikit. Ya mau bagaimana lagi, punya bayi harus berdamai dengan kenyataan kalau mengerjakan sesuatu pasti kena interupsi tangisan si bayi. Cucian baju gak sampai seember penuh tapi si bayi tiap lima belas menit nangis, ya gak kelar-kelar sis. Setrikaan baju cuma seipet tapi kalau gak ada waktu buat nyetrika ya tetep aja itu baju pada lungset.

Lucunya saya sempat kesal dengan Hamzah. Kenapa sih ini bayi gak mau tidur dari tadi?! Tapi setelah melihat wajahnya yang tersenyum gembira melihat saya, justru gak jadi kesel. Saya malah merasa bersalah. Kenapa saya kesal dengan bayi yang tahunya hanya nenen dengan umminya. Akhirnya saya berdamai dengan segala macam kerjaan rumah. Gak masak, gak nyetrika baju, dan gak juga ngepel lantai. Seharian ini tidur dengan Hamzah, suka-suka dia.

Hari ini juga pertama kalinya saya menggendongnya dengan gendongan kain. Biasanya hanya saya gendong dengan tangan tanpa bantua gendongan. Ini juga pertama kalinya dia tertidur di rumah dengan posisi saya gendong kain. Rasanya ada rasa bersalah dan juga haru. Dulu saya tidak pernah bisa merasakan nikmatnya menatap wajah anak saya tanpa cemas. Bayangin mengalami post partum syndrome selama beberapa tahun membuat saya gak pernah senang saat menimang bayi. Tapi kali ini saat Hamzah lahir saya terbebas dari baby blues. Rasanya begitu nikmat melihat Hamzah tersenyum. Harusnya saya juga mengahabiskan banyak waktu untuknya. Bukan malah kesal karena dia gak kunjung tidur. Biarlah kerjaan rumah terkatung-katung yang penting hak anak-anak terpenuhi.


Read more>>